Jumat, 05 Maret 2010

Teroris atau Gerombolan Pengacau...?

Masyarakat Aceh kembali disuguhkan aroma kekerasan, kali ini melalui perburuan kelompok yang diduga terkait jaringan teroris. Seperti dilansir Harian Aceh (24/2) perburuan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban dari warga sipil dalam misi penyergapan ke kamp latihan di kawasan pegunungan Jalin, Kec. Kota Jantho, Kab. Aceh Besar, Senin (22/2) malam.


Kita pun menjadi bertanya-tanya, benarkah kelompok yang diduga teroris tersebut mulai melebarkan sayapnya hingga ke Aceh? Padahal sejak masih dibalut konflik, kelompok yang diduga teroris itu tidak pernah membangun jaringan hingga ke Aceh. Malah, dulu kelompok laskar jihad pimpinan Ja’far Umar Thalib pernah diusir ketika hendak membuka front perlawanan baru di Aceh. pertanyaannya sekarang, kenapa ketika kondisi Aceh mulai kondusif kelompok tersebut cukup bersemangat beroperasi di Aceh, bahkan hingga menggelar latihan? Ada apa ini?

Dir Intel Polda Aceh Kombes Pol Bambang Soetjahyo mengatakan bahwa pihaknya selama ini telah memantau adanya aktivitas kelompok yang diduga terkait jaringan Jamaah Islamiah, sejak September lalu. Tapi tidak berhasil mendeteksi kelompok itu karena mereka bergerak dikawasan pedalaman empat Kabupaten, yaitu : Pidie, Nagan Raya, Aceh Barat dan Aceh Besar. Seharusnya, jika benar kelompok itu mulai beraktivitas di Aceh sejak September lalu, kenapa baru sekarang pihak keamanan melakukan perburuan terhadap kelompok tersebut? Apakah kelompok itu sudah hadir di Aceh atau ada konspirasi besar yang sedang dijalankan?

Dugaan adanya Grand scenario menjadi masuk akal. Diakui atau tidak, ada konspirasi besar yang ingin menutup Aceh dari dunia luar, seperti terbaca dari pengesahan Qanun Jinayah yang memasukan hukum rajam, dan kini melalui kolompok teroris. Selain itu menurut Penasihat Senior International Crisis Group, Sidney Jones banyak kemungkinan bisa terjadi terkait ditemukannya kamp pelatihan militer di Jantho. Bukti adanya kamp latihan tersebut juga bisa mengarah pada kemungkinan adanya kelompok GAM sempalan yang bermain dan ingin melakukan perlawanan kembali di Aceh. Terlebih, kata dia, dari laporan, kelompok sipil yang digerebek di pegunungan Jalin tersebut memiliki belasan pucuk senjata api standar. Namun tidak boleh serta merta kita menyebut kelompok tersebut adalah jaringan teroris Jamaah Islamiah. Ini perlu ditelusuri oleh pihak polisian, siapa mereka, dari mana asalnya dan seperti apa sistem perekrutannya, atau apakah mereka dibayar.

Rakyat hanya bisa berharap, bahwa ini bukan alasan yang sengaja dibuat-buat oleh kelompok tertentu yang justru membuat kondisi Aceh semakin tidak kondusif. Sudah selayaknya kondisi Aceh dalam perdamaian terus dipelihara, jangan ada yang menyulut konflik baru atas nama ideologi maupun untuk kepentingan kelompok tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar