Senin, 14 Februari 2011

Jangan Biarkan Tanah Rencong Jatuh Ke Genggaman Para Penguasa Yang Dzalim Dan Korup, Saatnya Memilih Pemimpin Yang Amanah, Jujur Dan Peduli Pada Rakyat Serta Mempunyai Jiwa Nasionalis !!!.

Geliat pesta Demokrasi sudah mulai terasa, beberapa bulan kedepan masyarakat Aceh akan disibukkan suatu even besar, untuk memilih para Pemimpin Tanah Rencong. Pesta Demokrasi ini untuk menentukan siapa yang akan menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/ Walikota. Dihadapkan pada pola dan metode bagaimana menciptakan pesta Demokrasi yang langsung, umum, bersih dan rahasia dapat berjalan dengan aman, lancar, sportif dan bertanggung jawab serta beretika.

Bagaimana kita menciptakan pemilihan Kepala Daerah yang berkualitas sehingga proses untuk memilih para calon Pemimpin Rakyat Aceh Lima tahun kedepan adalah orang-orang yang terhormat dan bermartabat, para pemimpin yang mempunyai hati nurani dan perasaan, bukan para pemimpin yang pandai berorasi dan berlindung dibalik kata-kata yang manis yang dapat membius bagi orang yang mendengarnya, padahal dibalik itu tersimpan Nafsu memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri sendiri, Keluarga dan Kelompok.

Sebagai renungan, Penulis jadi teringat sebuah peristiwa besar yang baru lalu yaitu tumbangnya Presiden Tunisia Rezim Ben Ali, yang diawali oleh seorang Pedagang kecil yang membakar dirinya sampai mati, inspirasi jadi Martil ini adalah sebuah trauma yang sudah sangat meradang oleh masyarakat kecil akibat kekejaman dan kedjaliman seorang Pemimpin dengan Rezimnya, yang membikin kita semua terperanjat dan terheran-heran adalah semua keluarga Mantan Rezim Ben Ali istri dan anak-anaknya melarikan dan menyimpan harta yang tak terhitung jumlahnya, sangat Biadab dan tidak mempunyai hati tatkala sebagian rakyat Tunisia dilanda kemiskinan dan pengangguran.

Penulis hanya berusaha mengambil benang merah dari peristiwa tersebut, untuk kita jadikan tolok ukur, dihadapkan dengan Pesta Demokrasi yang tidak lama lagi akan kita rayakan diTanah Rencong ini. Sebagai perbendaharaan pengetahuan, penulis mengutip tulisan prinsip-prinsip demokrasi ( sebagaimana disebutkan oleh Inu Kencana Syafiie sebagai syarat pelaksanaan demokrasi) yaitu adanya pembagian kekuasaan , pemilu yang bebas, manajemen yang terbuka, kebebasan individu, peradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, konsensus, persetujuan, pemerintahan yang konstitusional, ketentuan tentang pendemonstrasian, pengawasan thd administrasi Negara, perlindungan hak azasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian, adanya mekanisme politik, kebebasan kebijaksanaan Negara, dan adanya pemerintahan yang mengutamakan musyawarah.

Hal ini yang merupakan usur-unsur yang mendorong kian sempurnanya pemerintahan Prov. Aceh khususnya bangsa Indonesia umumnya, sudahkah unsur-unsur tersebut telah terpenuhi? Ini menjadi PR besar bagi semua pihak yang turut merasa bahwa Tanah Rencong adalah “Serambi Mekkah” nya Indonesia yang patut untuk diperjuangkan agar lebih baik. Setelah kita mengetahui ternyata begitu indahnya sebuah pemerintahan yang dibangun dengan berlandaskan Azas Demokrasi Indonesia, semuanya tertata dengan rapih tentang siapa, apa dan berbuat apa didalam suatu pemerintahan. Kita bisa membayangkan bagaimana kalau pemerintahan dipegang oleh sorang pemimpin yang tidak memahami secara hakiki tentang system pemerintahan Demokrasi. Maka kita akan menyaksikan carut marutnya roda pemerintahan, yang akan berjalan adalah system hukum rimba, siapa kuat/kaya maka dia yang akan berkuasa.

Roda pemerintahan tidak akan berjalan dengan semestinya, korupsi akan merajalela disana sini, pembangunan tidak terlaksana sesuai peruntukan, tapi inilah sebuah kenyataan yang harus dihadapi masyarakat Aceh. Kita semua masyarakat Aceh harus peduli dan mengawasi serta mengontrol sepak terjang para pajabat yang diberikan amanat untuk membangun Prov. Aceh. Karena yang digunakan untuk membangun adalah uang rakyat yang bersumber dari penerimaan pajak dan lain-lain. Jangan biarkan kita dibodohi dengan kata-kata dan penampilan yang parlente oleh para pejabat untuk memutarbalikan fakta dan kebenaran.

Sebagai orang yang beragama islam seharusnya para pejabat malu dengan Peci hitam bahkan gelar haji yang melekat didepan nama, bahkan tidak peduli bahwa besok dihari kemudian adzab Allah akan menanti bagi orang-orang yang lalai. Namun dibalik itu, harus jujur kita akui bahwa secara umum bangsa Indonesia kita termasuk didalamnya masyarakat Aceh, termasuk kategori bangsa yang memiliki kecakapan luar biasa untuk melupakan hal-hal yang sebenarnya sangat signifikan mempengaruhi kehidupan kita. Orang menyebut kita bangsa yang mengalami amnesia dengan stadium yang sangat merisaukan.

Kalau harus diukur dengan bentangan angka-angka, maka sudah tak berbilang berapa jumlah peristiwa bersejarah lalu-lalang di hadapan kita begitu saja. Peristiwa yang membanggakan atau peristiwa tragis yang meluluhlantakkan perikehidupan manusia termasuk diTanah Rencong ini. Kini mari bersikap jujur, benarkah peristiwa-peristiwa ini telah menanam kesan yang kuat dalam diri dan hati sehingga mampu mengubah prilaku buruk kita?

Kalau terjadi peristiwa dan tragedi alam, seperti bencana alam Tsunami, gunung meletus, gempa bumi, bisa jadi kita akan berkilah, itu semata kodrat dan takdir Allah. Tetapi bagaimana dengan tindakan-tindakan destruktif akibat negative behavior yang dilakukan Para pemimpin, pejabat dan elit politik di Prov. Aceh. Kini, pilar- pilar demokrasi, politik, hukum serta sosial akan segera runtuh karena kian derasnya tindak pidana korupsi yang dilakukan secara terang-benderang.

Tindakan korupsi ini, begitu kuat tertanam, sehingga jangankan untuk memberantasnya mencegahpun akan kesulitan dilakukan oleh siapapun, apalagi kalau kita hanya berpangku tangan dan cuma mengandalkan tangan-tangan pemerintahan, Kejaksaan, Kehakiman dan bahkan Kepolisian serta aparat penegak hukum lainnya, maka kebenaran atau keadilan itu akan sulit terwujud karena semuanya sudah terkontaminasi kepentingan. Disinilah fungsinya kita warga masyarakat Aceh yang mempunyai kultur dan agama yang kuat, apakah sebagai tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta elemen lainnya, yang peduli akan keselamatan masa depan Aceh, kita berjuang bersama-sama untuk mencegah segala tindakan dan perbuatan dzalim, Korupsi, Nepotisme, Penindasan dan tindakan intimidasi oleh kelompok tertentu dan lain sebagainya dapat kita eliminir. Sehingga pembangunan yang telah diprogramkan baik oleh pemerintah Daerah maupun pemerintah Pusat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat Aceh yang madani dan bermartabat dapat dirasakan bersama.

Penulis sudah menggambarkan panjang lebar tentang sosok Pemimpin yang ideal untuk memimpin masyarakat Aceh lima tahun kedepan, akan tetapi itu tergantung pada kita semua yang akan memilihnya. Pilihan itu sudah ada didepan kita, pilihan itu akan sangat menentukan masa depan Aceh, Penulis sangat berharap “ Mari kita sukseskan bersama pesta Demokrasi Aceh tahun 2011 sebagai tonggak awal untuk memilih figure pemimpin yang Nasionalis dan amanah yang memikirkan serta memperjuangkan nasib rakyat Aceh, bukan memilih penguasa yang hanya membela kepentingan pribadi dan golongan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar