Jumat, 15 Juli 2011

Jangan Nodai Perdamaian Aceh Dengan Politik Kotor

Provinsi Aceh merupakan simbul kebesaran Islam di Indonesia dengan julukan Serambi Mekah, yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam. Kehidupan masyarakat yang setelah MoU Helsinki mulai berangsur-angsur bangkit baik sektor ekonomi,sosial,budaya dan pembangunan mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan.

Namun belakagan ini suhu politik Aceh mulai memanas seiring dengan semakin dekatnya tahapan Pemilukada Aceh 2011, dengan adanya penolakan calon Independen dalam Pemilukada Aceh. Hal ini sangat membuat masyarakat awam menjadi bingung karena Keputusan Mahkamah Konstiusi sudah jelas bahwa dalam Pemilukada Aceh 2011 calon perseorangan dinyatakan boleh dan keputusan MK itu sudah final Kenapa DPRA gigih menolaknya ada apa dengan DPRA.....?

DPRA yang mayoritas dari Partai Aceh sungguh tidak beralasan kalau mempermasalahkan keputusam Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut. Sikap yang dipertontonkan DPRA kepada Masyarakat Aceh dengan tidak mangakomodir calon perseorangan pada Pemilukada merupakan bentuk pembangkangan terhadap Pemerintah. Sebagai lembaga tertinggi daerah seharusnya DPRA bisa melaksanakan keputusan MK tersebut, karena DPRA bukan milik salah satu partai tertentu melainkan seluruh rakyat Aceh.

Aceh merupakan wilayah integral Negara Kesatuan Republik Indonesia, sudah seharusnya mematuhi segala bentuk hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Adanya kekuatan partai lokal yang menentang calon Independen merupakan bentuk ketakutan yang sungguh tidak beralasan. Kenapa harus takut dengan calon independen kalau memang tujuannya membangun Aceh kearah yang lebih baik dan tidak mempunyai tujuan lain.

Sikap seperti inilah yang pada akhirnya akan membelenggu rakyat dan semua komponen yang ada karena egoisme dan kedaerahan yang sangat berlebihan. Mari kita tumbuhkan rasa Nasionalisme agar mengerti arah dan cita-cita pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu sesuai dengan sila ke 5 Pancasila “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Mari berpikir jernih untuk menuju masa depan Aceh yang bermartabat dan damai.

Dalam pemilukada mendatang Pemimpin yang Nasionalis itulah yang bisa merubah wajah Aceh menjadi lebih maju dan damai. Sosok yang ideal pemimpin Aceh adalah harus orang asli Aceh, mengerti tentang hukum, Nasionalis, berpendidikan serta bukan warga negara baru pindah. Jangan biarkan Aceh jatuh pada genggaman penguasa yang hanya memikirkan kelompoknya dan kepentingan tertentu, smoga Alloh SWT memberikan petunjuk dan jalan yang terang agar Kedamaian Aceh tetap terjaga sepanjang masa.Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar