Kamis, 21 Juli 2011

Ciptakan Pemilukada Aceh 2011 Berjalan Damai

Tanpa Adanya Konflik

Melihat kondisi politik di Aceh semakin hari semakin menggeliat, seperti kita sedang melihat gambaran yang gelap terkait pelaksanaan Pemilukada 2011. Benarkah demikian? Jawabnya, belum tentu. Proses pelaksanaan pesta demokrasi kali ini memang akan menjadi gelap, kalau para pihak masih terlibat ‘dawa buta’ soal payung hukum Pemilukada itu sendiri. Inilah tugas para elit politik, untuk mempersiapkan langkah yang nyata, yang tepat dan cermat, agar kerawanan Pemilukada nanti dapat kita lalui dengan selamat.

Keraguan kadang muncul Bisakah itu? Inilah yang sering meragukan kita. Sebab, pada kenyataannya, hari demi hari, meskipun masih ada yang tetap optimis, kita sesungguhnya sedang menggali lubang untuk diri kita sendiri. Lubang untuk sebuah kekacauan yang akan melahirkan konflik baru di Aceh.

Manuver-manuver politik para elite Aceh sekarang ini justru semakin menimbulkan tanda tanya. Masyarakat melihat mereka hanya berjuang untuk kepentingan pribadi dan kelompok masing-masing, tanpa menimbang baik-buruknya bagi Aceh secara keseluruhan. Aroma haus kekuasaan lebih menonjol ketimbang upaya merawat “Perdamaian Aceh” yang sudah tercipta selama ini dengan baik.

Walaupun hal itu syah-syah saja, tapi kesannya sudah dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Makanya kini ada suara-suara yang mengkhawatirkan, bahwa banyak orang nantinya tidak akan ikut memilih pada Pemilukada 2011 kalau sikap para elite masih seperti itu.

Apapun, kita hanya berharap semangat “Damai” yang sudah ada terus dipupuk dan ditingkatkan. Pertama tentu yang harus memberi contoh adalah para petinggi Aceh yang duduk di lembaga legislatif dan eksekutif. Para petinggi KPA/PA dan mantan simpatisan GAM juga harus menunjukkan sikap perilaku yang nyata dan bisa menunjukkan kepada masyarakat Aceh tidak ada lagi niat KPA/PA dan GAM yang bisa menimbulkan konflik baru di Aceh sekecil apapun. Keinginan membangun Aceh yang maju dapat disumbangkan melalui peran serta dalam pembangunan daerah, atau kalau masih terpinggirkan bisa melalui wujud kritik, saran dan solusi bagi terwujudnya Aceh yang damai dan bermartabat.

Di zaman demokrasi yang serba terbuka ini, pasti saran dengan suara dan kerja itu akan bisa lebih diterima.. Kita bisa mendesak pemerintah memberikan keadilan ekonomi dan hukum bagi masyarakat Aceh. Desakan yang sebaiknya dilakukan sambil bekerja, bukan ikut-ikutan berpolitik praktis. Bila terlalu banyak orang yang berpolitik tanpa bekerja (keras), kita tetap akan khawatir pada masa depan Aceh.

Sikap egoisme KPA/PA yang berlebihan bisa membawa Aceh pada perpecahan, ketentuan hukum yang diatur undang-undang harus dipatuhi bersama jangan memaksakan kehendak dengan mengorbankan masyarakat. Kita berharap baik parlok dan parnas di Aceh mempunyai sikap yang bisa mematuhi segala bentuk aturan dan jangan ditabrak. Tunjukkan jiwa sebagai Nasionalis yang ingin mengabdi sebagai anak bangsa yang berdedikasi tinggi dan cinta tanah airnya. Aparat Keamanan bersama komponen masyarakat Aceh lainnya harus mampu mengawal perjalanan damai di Aceh. Yang paling penting, keadilan harus ditegakkan. Aksi yang bisa menimbulkan kekacauan Damai Aceh harus mendapatkan sangsi hukum yang jelas dan tidak tebang pilih siapapun dia.

Menodai damai Aceh berarti sudah menebarkan aroma kekacauan dan harus ditindak tegas dan siapapun dia. Hukum harus ditegakkan di Negara ini. Pemilukada Aceh 2011 merupakan ujian politik yang harus dilalui masyarakat Aceh dengan DAMAI. Harapan kita semua Pemilukada 2011 nantinya dapat terpilih Pemimpin yang nasionalis dan cinta kepada rakyatnya dan mengerti hukum serta berpendidikan sehingga bisa membawa Aceh dalam kemakmuran dan kedamaian dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar