Senin, 25 April 2011

Siapa Dalang Pengibar Bendera GAM

Suasana damai Aceh yang sudah lima tahun terakhir memenuhi relung-relung hati kita sebagai orang Aceh yang cinta damai, tiba-tiba terusik oleh sebuah kejadian yang kontraproduktif terhadap perdamaian. Peristiwa itu adalah pengibaran bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di areal persawahan Gampong Pulo Pisang, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Sebagaimana diberitakan Harian Serambi Indonesia Minggu kemarin, bendera itu dipasang pada puncak tiang yang terbuat dari pelepah kelapa setinggi lebih kurang dua meter di sawah milik M Hasan (60), warga Gampong Pulo Pisang, Pidie. Ada tiga hal menarik dalam peristiwa yang mulai langka ini.

Pertama, momentum pengibarannya. Dilakukan secara tiba-tiba dan mengejutkan, tanpa ada kaitannya dengan momen yang berkaitan dengan histori perjuangan GAM. Misalnya, tidak dalam rangka milad GAM, juga bukan dalam rangka momen penting lainnya bagi GAM maupun RI.

Kedua, pengibaran bendera tunggal itu dilakukan secara terang-terangan. M Hasan selaku pemilik sawah, menyaksikan langsung ketika Sabtu siang itu, ia sedang membajak di sawah, tiba-tiba datang ke sawahnya Abdullah bin Basyah (60). Warga Gampong Paloh, Kecamatan Pidie itu mengeluarkan sehelai bendera berlambang “bulan bintang”. Bendera GAM itu kemudian dia pasang di ujung tiang pelepah kelapa sepanjang dua meter yang dia tancapkan di pematang sawah.


Ketiga yang menarik, begitu Abdullah memasang bendera GAM, M Hasan sebagai pemilik sawah langsung melarang, tapi tak digubris pelaku. Tak lama kemudian, M Hasan melapor ke polisi dan aparat kepolisian langsung turun ke lokasi. Selain mengamankan selembar bendera GAM berukuran 90 x 60 cm itu, polisi juga menahan pelaku untuk dilakukan penyelidikan.


Kita jadi teringat, dulu di masa konflik, pemasangan bendera GAM biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Seringnya dipasang pada malam hari. Tapi yang dilakukan Abdullah bin Basyah itu, pada siang bolong, sungguh kenekatan yang luar biasa. Yang juga makin menarik adalah, kalau dulu orang yang kebetulan melihat seseorang mengibarkan bendera GAM sangat takut untuk melapor ke polisi, karena nyawanya bisa terancam, kini malah berlaku sebaliknya. Karena masyarakat sudah sadar dan paham bahwa perjuangan GAM itu hanya mementingkan dirinya sendiri tidak memikirkan bawahannya, dan GAM itu sudah jelas melanggar kedaulatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut penjelasan dari masyarakat mantan Kombatan GAM, saya hanya dijadikan alat saja dan mereka yang tinggal mengambil enaknya dan lupa kepada kami tegasnya.


Sebetulnya, inilah sisi positif perdamaian Aceh. Setiap pribadi masyarakat Aceh sudah tersedot pada arus utama perdamaian, sehingga begitu ia melihat ada tindakan yang potensial merusak perdamaian, ia langsung bereaksi. Dan adalah tindakan yang benar, ada seorang petani yang melaporkan orang lain yang nekat mengibarkan bendera GAM di pematang sawahnya.

Bukan saja karena petani itu tak ingin menanggung risiko seolah-olah ia pun mendukung pengibaran bendera GAM di tengah sawahnya. Tetapi yang lebih penting, pada dirinya sudah tertanam sebuah kesadaran bahwa setelah RI dan GAM berdamai di Helsinki pada 15 Agustus 2005, maka GAM tidak boleh lagi memakai maupun menunjukkan atribut atau simbol militernya.

Kesadaran seperti itu tegak sebangun dengan apa yang diatur di dalam Pasal 4.2 MoU Helsinki. Bahwa GAM diharuskan tidak memakai lagi seragam maupun menunjukkan emblem atau simbol militernya setelah penandatangan Nota Kesepahaman Damai. Oleh karenanya, apa yang dilakukan Abdullah dengan mengibarkan bendera GAM di tengah sawah M Hasan, jelas bertentangan dengan MoU Helsinki, juga bertentangan dengan UU Subversi.

Untuk itu, demi lestarinya perdamaian Aceh, tindakan pengibaran bendera GAM itu sangat kita kutuk dan disesalkan. Tapi yang tak kalah pentingnya adalah menindak pelaku seraya mengungkap siapa dalang utama di belakangnya. Jangan-jangan, damai Aceh memang sedang digembosi oleh kelompok yang yang ingin menodai perdamaian Aceh. Menjelang pelaksanaan pemilukad Aceh 2011 hendaknya keamanan dan perdamaian di Aceh harus tetap dijaga jangan sampai ternodai oleh ulah orang- orang yang tidak bertanggung jawab yang hanya menyengsarakan masyarakat. Mari kita bersama dukung pelaksanaan Pemilukada 2011 dengan tetap mengedepankan Perdamaian jangan sampai ada pemaksaan ataupun intimidasi dari siapapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar