Jumat, 20 Mei 2011

Mengimpikan Pemilukada 2011 Aceh Tanpa Kekerasan

Waktu berjalan tanpa terasa, kini damai di Aceh telah memasuki usia enam tahun telah berlalu. Ikrar Aceh bersatu dan membangun yang masih tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada hal yang tak boleh ditawar sebab dalam mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan di bumi Iskandar Muda ini sudah merupakan tekad bulat yang harus dipegang teguh.

Kini masa transisi selama lima tahun dapat dilalui dengan selamat setelah Aceh melewati masa "kritis" di bawah kepemimpinan gubernur/wakil gubernur dari jalur independen melalui pesta demokrasi Pemilukada 2006 lalu. Pemilukada 2006 sukses, berjalan tanpa tetesan darah dan kekerasan serta konflik.

Kini pasangan Irwandi Yusuf/Muhammad Nazar (gubernur/wakil gubernur) hampir selesai mendapat amanah lima tahun memimpin Aceh. Setelah lima tahun berlalu, Aceh kini menyongsong Pilkada kedua pasca konflik untuk memilih gubernur/wakil gubernur serta 17 bupati/wali kota dan para wakilnya secara serentak akhir 2011. Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh sudah memastikan bahwa hari pemungutan suara pemilihan kepala daerah (Pemilukada) di provinsi itu digelar secara serentak pada 14 November 2011 dan jika terjadi putaran kedua, maka pelaksanaannya disepakati pada tanggal 14 Januari 2012.

Kita berharap agar dapat mengulang kembali suksesnya Pemilukada seperti 2006 secara aman dan damai menjadi harapan seluruh masyarakat Aceh bahkan bangsa Indonesia. Pemilukada Aceh yang memiliki penduduk sekitar kurang lebih tiga juta pemilih itu harus berjalan damai dan tidak melahirkan masalah di kemudian hari. Yang pasti Pemilukada damai ini menjadi harapan kita bersama daripada Pemilukada yang demokratis tetapi berlangsung berdarah-darah.

Dengan Pemilukada yang aman dan damai memungkinkan akan melahirkan seorang pemimpin yang memang dipilih dan dikehendaki oleh rakyat. Bukan sebuah hasil rekayasa, money politik yang kotor makanya mari kita berikan kesempatan masyarakat Aceh untuk memilih Pemimpin yang bersih, Jujur, ikhlas, cakap dalam keilmuan, berwawasan laus dan yang paling utama adalah mempunyai niat suci dan tulus untuk membangun Aceh yang masih dalam lingkup NKRI.

Pelajaran berharga sudah kita dapatkan ketika terjadi konflik berkepanjangan yang sangat melelahkan. Tetesan darah dan pengorbanan harta benda dan nyawa merupakan hal yang tak dapat dipungkiri akibat konflik yang berlarut-larut terjadi di tanah rencong. Betapa lelahnya saat Aceh dilanda konflik puluhan tahun yang menyisakan penderitaan berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat. Konflik yang lalu telah membuat hidup menderita masyarakat Aceh.

Konflik bersenjata sebelum penandatanganan MoU damai di Helsinki, Finlandia 15 Agustus 2005 telah membuat wajah Aceh kelam dan seram, pembangunan tidak bisa berjalan normal, pendidikan hancur dan ekonomi luluh lantak. Kini didepan kita telah terbentang sejumlah harapan untuk meniti Aceh yang lebih damai dan makmur untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu kita berharap agar Pemilukada yang akan datang dapat memberi solusi terbaik dalam mendapatkan pemimpin Aceh yang amanah.

TNI dan Polri sebagai aparat Negara hendaknya dapat menjadi bagian penting dalam mendukung terselenggaranya Pemilukada di Aceh akan datang. Dengan terselenggaranya Pemilukada secara demokratis memungkinkan tetesan darah di Aceh tidak akan tumpah lagi dan berubah menjadi kemakmuran dan kesejahteraan dengan keabadian dalam naungan NKRI tercinta. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar