Senin, 16 Mei 2011

Generasi Aceh Dengan Gaya Modern

“Anak Remaja dan Generasi Aceh Kecanduan game online”. Orang tua dimintakan untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas anaknya. Bahkan Wali Kota Banda Aceh, Mawardi Nurdin, meminta secara khusus kepada seluruh orang tua dan warganya di Banda Aceh untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas anak-anak terutama diluar jam pelajaran yang bahkan hingga larut malam ber-game online di sejumlah warung kopi dan penyedia jasa internet di Aceh.

Awalnya, penulis merasa bangga melihat sejumlah anak remaja dan generasi Aceh dengan gaya modern dan laptop mentereng di sejumlah warung kopi yang menyediakan fasilitas wi-fi yang tumbuh ibarat jamur di musim hujan dan tersebar di seantero Aceh. Penulis mengira sejumlah anak-anak muda Aceh ini sedang memanfaatkan fasilitas teknologi untuk keperluan mendownload materi pelajaran serta mendiskusikan bersama-sama guna memperdalam materi perkuliahan atau pelajaran sekolah.

Perkiraan penulis meleset tak kala penulis menyaksikan dan melihat anak-anak muda harapan masa depan Aceh ini sebagian besar menghabiskan waktunya hanya untuk chatting, facebook, twitter dan berbagai fasilitas jejaring sosial lainnya. Pengamatan menyolok lagi tak kala fasilitas teknologi ini digunakan untuk berjudi ala game online dan bahkan beberapa orang membuka dan mengakses situs cabul dan pornografi. Kondisi ini diperparah lagi dengan penyedia jasa internet menggunakan sekat-sekat ruang tertutup sehingga memberi peluang dan kesempatan bagi pengguna jasa internet untuk membuka dan mengakses situs-situs tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak dapat dipungkiri telah membawa suatu perubahan yang sangat besar dalam sejarah peradaban umat manusia termasuk dalam bidang teknologi dan informasi. Teknologi dan informasi ini telah memasuki seluruh aspek kehidupan manusia dan bahkan telah menembus ruang dan batas-batas tanpa sekat (bordersless world). Disadari bahwa teknologi dan informasi ini tidak mungkin bisa dibendung dan akan terus berkembang menuju perbaikan kehidupan ummat manusia. Para ilmuwan mengatakan bahwa abad ini adalah abad teknologi dan informasi dan siapa yang menguasai teknologi dan informasi maka dialah yang menguasai dunia.

Fenomena ini sangat mengkhawatirkan, kecuali generasi Aceh memiliki filter yang sangat kuat yang didorong oleh pemahaman dan pengamalan ajaran agamanya. Pada saat ini generasi Aceh begitu mudah terbuai dan dibuat terlena dengan kemajuan teknologi tersebut. Generasi Aceh kini berbanding terbalik dengan eundatunya yang pada zamannya memberikan peran dan pengaruh hingga nusantara dan bahkan hingga manca negara. Generasi Aceh kini ingin sesuatu serba mudah dan serba instant tanpa harus berjuang dan bersusah payah untuk memperoleh cita-cita dan harapannya.

Kondisi ini sangat berbahaya, karena jati diri orang Aceh menjadi mudah terpengaruh dan sangat rapuh. Hal itu dibuktikan dengan masuknya sejumlah aliran sesat ke dunia kampus dan sejumlah persoalan pendangkalan akidah pascatsunami di Aceh. Persoalan ini harus menjadi perhatian utama semua pihak khususnya Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh (MPU), Majelis Adat Aceh (MAA) dan. Pendidikan Aceh (MPA) untuk menata kembali pendidikan Aceh guna membentuk generasi Aceh yang kuat, cerdas, jujur, dan berakhlak mulia.

Penataan kembali roh dan spirit pendidikan Aceh ini sangat penting untuk membentuk generasi Aceh yang memiliki jati diri dan bermental baja, berwawasan kebangsaan, cinta tanah air, berkarakter Islami serta bangga dengan ke-Aceh-annya. Spirit ini diyakini bisa membentengi generasi Aceh dari budaya luar dan pengaruh negatif yang ditimbulkan akibat dunia yang kian menglobal. Spirit ini juga diharapkan mampu memberi pengaruh bagi dunia luar dan menjadi magnet orang untuk belajar dan menuntut ilmu di Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar