Senin, 02 Mei 2011

Pemimpin Aceh Harus Santun Sekaligus Tegas

Ketua DPRA Hasbi Abdullah memastikan Qanun Pemilukada Aceh bisa disahkan pertengahan Mei 2011. Ini artinya sebentar lagi kita akan memasuki tahapan-tahapan Pemilukada di tengah bayang-bayang kekerasan yang bisa muncul kapan saja yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang berseberangan pandangan politik walaupun satu Partai sekalipun..

Saat ini saja sudah banyak tokoh yang menyodorkan diri, memajang foto dan umbar janji. Sebagian bahkan tanpa malu-malu dan tanpa takut pada tanggung jawab yang sungguh besar bagi masa depan Aceh. Bagaimana percaya dirinya para tokoh itu mencalonkan diri bila tahu diri sebenarnya “tidak berisi”? Bagaimana mengurus rakyat dan daerah yang kondisinya saat ini carut-marut, terutama soal moralitas? Dari pencalonan mereka selalu ada tujuan besar bagi pribadi dan kelompok, dibandingkan tujuan memperbaiki daerah ini. Kalau begitu, berarti tidak akan ada perubahan di negeri Serambi Mekkah ini.

Namun, di tengah kegalauan dan ketidaktahuan kapasitas dan integritas para tokoh itu, kita tetap masih berharap ada sosok yang tepat untuk memimpin Aceh ke depan. Sekecil apapun harapan itu, tetap kita tabalkan agar Aceh bisa terselamatkan dari berbagai krisis yang mengancam kita.

Aceh sebagai daerah yang akrab diterpa konflik dan bencana alam, maka pemimpin daerah ini haruslah orang yang tidak hanya pandai merajut kata-kata dan mengobral janji, tapi juga harus pintar menangani masalah. Dari sekarang, mari kita menimbang-nimbang di antara sekian tokoh, siapakah yang layak kita dukung dan kita pilih sebagai pemimpin Aceh ke depan?

Ya, saat ini Aceh sedang diterpa berbagai persoalan. Mulai masalah pembangunan berbagai bidang, ekonomi Aceh yang morat-marit di tengah krisis global, psikologis masyarakat yang gemar gosip dan mitos, serta bencana alam yang bakal datang terus menerus. Belum lagi persoalan moral dan aqidah kita yang begitu mudah disusupi berbagai pemahaman yang menyesatkan.

Di sisi lain, suhu alam kini semakin ekstrim. Kita di Aceh sangat merasakan perubahan itu, dengan hujan dan angin datang tak tentu, dan panas menyengat bila matahari tak ditutupi awan. Dampaknya akan lebih terasa musim depan, musim kering yang akan membuat panen bahan pangan dan perkebunan meradang, penyakit juga akan datang dengan “wajah-wajah” baru yang lebih menyeramkan dan sulit diobati.

Maka, melalui Pemiluka kali ini, mari kita memilih pemimpin Aceh yang mampu membimbing kita meniti zaman yang penuh bala dan krisis ini. Kita harus menemukan sosok pemimpin yang mampu berpikir jauh ke depan serta memiliki Nasionalisme yang tinggi dan berani mengatakan bahwa Aceh merupakan Provinsi yang sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) , bersikap adil dan bekerja untuk kemajuan rakyat Aceh. Minimal, Aceh ke depan harus dipimpin oleh sosok yang santun dan cerdas, sekaligus tegas. Tapi adakah sosok itu di antara sekian tokoh yang sudah mengampanyekan diri selama ini? Semoga saja ada, agar Aceh bisa terselamatkan dari keterpurukan dan kesenjangan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar